Ticker

2/recent/ticker-posts

Ad Code

Pelayanan medis RSUD Linggarjati Kuningan patut di pertanyakan

RSUD Linggarjati Kuningan 

Kuningan RIN-

Pelayanan medis Rumah sakit Linggarjati kabupaten Kuningan di pertanyakan. Bahkan diduga seperti menghindar saat mau di konfirmasi.



Sebuah insiden yang memicu perhatian publik terjadi ketika pihak Rumah Sakit Umum (RSU) Linggarjati Kuningan diduga menunjukkan sikap alergi terhadap kehadiran wartawan. 



Pihak RSU mungkin menolak atau menghalangi upaya liputan wartawan terkait dengan isu  kejadian di rumah sakit beberapa hari lalu.



Pihak RSU mungkin dinilai tidak transparan dalam memberikan informasi kepada publik, sehingga wartawan merasa perlu melakukan liputan untuk mengungkapkan kebenaran.



Isu yang berkembang saat ini mungkin sangat sensitif dan berpotensi menimbulkan kontroversi jika diungkap ke publik , yaitu terkait dugaan kelalaian pihak rumahsakit sehingga menimbulkan korban jiwa .




Senin (30 /6/2025) tim media ini mencoba mendatangi Direktur RSUD Linggarjati dr, Edi Syarif, tetapi kebetulan dia sedang berada di luar akhirnya dia mengarahkan tim media ini untuk menemui Kabid pelayanan Medis dr. Toni . Tapai sangat di sayangkan Kabid pelayanan seperti nya kabid tersebut tak memberikan banyak waktu ,hanya ngobrol sebentar dan suruh nunggu tapi lama kembali, entah apa yang ada dalam benak kabid tersebut.

"Ya tunggu saya mau ada perlu dulu sebentar, tunggu ya ," tegas Kabid Toni 



Untuk informasi isu yang berkembang saat ini seperti di lansir dari sejumlah media online, diduga ada kelalaian pihak rumah sakit terhadap penanganan pasien istri dari Andi warga Desa Gandasoli Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.



Andi harus terima kenyataan anak pertamanya meninggal diduga akibat kelalaian pihak rumahsakit dalam melayani pasien,Senin (18/6/2025)


"Iya saya menunggu sampai tujuh tahun. Itu anak pertama sampai sudah beli perlengkapan bayi kayak kereta, mainan baju-bajunya juga sudah ada," tutur Andi, Minggu (29/6/2025) seperti dikutip dari media online detik. Jabar.



Lebih jauh Andi menceritakan, bawah kejadian bermula ketika istrinya mengalami rasa sakit akibat pecah ketuban. Khawatir terjadi sesuatu Andi lekas membawa istrinya ke bidan yang ada di dekat rumahnya. Oleh Bidan, istri Andi disarankan untuk segera dibawa ke rumah sakit.


"Istri saya pecah air ketuban hari Sabtu tanggal 14 jam 11 malam. Saya langsung otw dulu ke bidan yg di Perum. Kata Bidan ini harus langsung segera ditindak dan disuruh ke rumah sakit," tutur Andi.



Namun, sesampainya di rumah sakit, istri Andi tidak kunjung menjalani operasi persalinan, bahkan setelah istrinya hampir dua hari di rumah sakit operasi tak kunjung dilakukan. Malah, dari IGD, istri Andi dipindahkan ke ruang rumah sakit lantai 2.


"Sampai rumah sakit langsung masuk IGD dan disuruh nunggu dokter jam 05.00 WIB hari Minggu, dan sampai jam 05.00 WIB dari dokter tatap tidak ada. Di kira saya jam 05.00 pagi si dokter sudah siap operasi. Ternyata jam 05.30 pagi malah pindah ruangan ke lantai 2 di atas, " tutur Andi.



Saat itu, Andi merasa kesal karena istrinya tak kunjung dilakukan operasi persalinan. Menurut Andi, kala itu, alasan pihak rumah sakit tidak kunjung melakukan persalinan karena dokter sedang berada di rumahnya dan sulit untuk dihubungi.


"Jadi komunikasi sama dokternya kayak ada yang miskom. Jadi harus nunggu lama-lama sampai keluar lendir, saking habis air ketubannya. Dokternya nggak ada, yang jaganya nelpon cuman sekali. Kata dokternya kalau nelpon sekali mah mungkin nggak penting," tutur Andi.



Andi mengatakan, operasi persalinan baru bisa dilakukan pada hari Senin pukul 08.40 WIB. Namun, kondisi bayi yang ada di dalam perut istrinya sudah tidak lagi tertolong.


"Nah pas hari Senin mau dioperasi dicek dulu, pergerakan bayi sudah nggak ada. Sudah dicek pake alat nggak bisa sampai gantian bidan yang ngeceknya, tetap nggak ada. Saya sama istri teh kecewa di situ teh," tutur Andi.



Cuma saya optimis mudah-mudahan bayinya masih bisa diselamatkan dan turunlah ke bawah baru bisa dioperasi jam 08.40 hari Senin. Hampir dua hari nunggu teh. Harusnya mah langsung dioperasi pas hari Minggu jam 05.00 WIB itu, jangan di la main lagi. Itukan di la main terus sampai akhirnya nggak ketolong," tambah Andi.



Andi sendiri mengaku sangat terpukul atas kejadian yang menimpa bayinya tersebut. Andi membayangkan, mungkin jika penanganan dilakukan secara cepat, bayinya masih bisa diselamatkan.


"Dokternya meminta maaf karena kelalaian dokter sama timnya. Padahal dari rumah bayi teh sehat ada pergerakan terus. Saya berharap semoga bisa lebih perhatian lagi pelayanannya," tutur Andi.



Sementara direktur RSUD Linggarjati Dr,Edi Syarif waktu di konfirmasi mengatakan itu semua sudah sesuai SOP. Waktu di tanya SOP seperti apa , Direktur menyarankan untuk menghubungi kepala bidang pelayanan, tetapi sangan di sayangkan kabid pelayanan seperti kurang respek pada media.

"Pada prinsip nya saya sdh jelas kan utk kejadian tersebut

Terjadi di rs kami dan kami sdh lakukan pelayanan sesuai SOP 

Dan skrg kami lg melakukan audit maternal perinanal  di rs

Keluarga pasien kami melakukan penjelasan dan menyampaikan ucapan duka ..dan mendengarkan ..," jelas Direktur Rumah sakit Linggarjati melalui chatting WhatsApp pribadinya pada media ini, Senin siang (30/6/2025).



Publik mungkin menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pihak RSU dalam memberikan informasi kesehatan yang akurat dan tepat waktu.



Publik mungkin khawatir bahwa kurangnya keterbukaan informasi dapat berdampak negatif pada kepercayaan masyarakat terhadap institusi kesehatan dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah Linggarjati.

(Red)

Posting Komentar

0 Komentar