
Caption: Situs Astana Gede Kawali
Ciamis, RIN-
Situs Astana Gede Kawali di Kabupaten Ciamis merupakan salah satu objek wisata sejarah dan budaya penting di Jawa Barat, yang menyimpan sisa-sisa ibu kota Kerajaan Sunda-Galuh. Situs yang terletak di Dusun Indrayasa, Desa Kawali, di kaki Gunung Sawal ini menyimpan berbagai warisan budaya, antara lain 6 prasasti kuno, mata air Cikawali, dan makam tokoh penting seperti Pangeran Cikawali (Raden Singacala). Tempat ini juga berperan sebagai pusat ziarah religi bagi umat Hindu Bali dan Muslim, serta lokasi edukasi sejarah dengan biaya masuk yang terjangkau.
PENINGGALAN SEJARAH DAN DAYA TARIK
Situs Astana Gede Kawali memiliki peninggalan yang berasal dari abad ke-14 Masehi, termasuk prasasti Sunda kuno, cetakan telapak tangan Prabu Niskala Wastukencana, dan makam penyebar Islam. Sebagai tujuan wisata religi, situs ini menjadi tempat ritual Tirtayatra bagi umat Hindu Bali dan juga sering diziarahi peziarah Muslim, yang berdampak positif pada perekonomian lokal.
Selain itu, adanya Batu Sanghyang Bongkok yang misterius – yang tak bisa dihancurkan meski telah dicoba dengan alat berat – menambah daya tarik mitos dan legenda. Dari sisi edukasi dan penelitian, situs ini menjadi lokasi penelitian arkeologi serta KKN mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Kuningan (Uniku) untuk menggali lebih dalam sejarah Kerajaan Galuh.
LOKASI DAN AKSES
Situs ini berada di lereng timur Gunung Sawal, tepatnya di Dusun Indrayasa, Desa Kawali, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Akses ke lokasi sangat mudah dan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Ciamis, dengan biaya masuk yang sangat murah, sekitar Rp3.000 per orang.
POTENSI DAN PENGEMBANGAN
Situs Astana Gede Kawali memiliki peluang investasi yang besar, terutama di sektor wisata religi, agen perjalanan, serta makanan dan minuman. Pengembangan situs ini diharapkan juga dapat meningkatkan kunjungan wisata ke situs-situs lain di Kabupaten Ciamis. Masyarakat lokal yang tergabung dalam Paseban juga aktif berperan dalam melestarikan situs beserta cagar budaya dan lingkungannya secara swadaya.
Ujang Aep


