Notification

×

Iklan


 

Kritik Pedas Santos Johar: DPRD Buta Tuli, Publik Kian Kehilangan Harapan

Kamis, 11 Desember 2025 | Desember 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-11T07:26:51Z

Sosok Santos Johar 

Kuningan RIN- 

Harapan publik terhadap partai politik dan para wakil rakyat di parlemen kian meredup. Masyarakat menilai cara bernegara dan pengelolaan aspirasi kini semakin jauh dari nilai-nilai nurani serta kepentingan rakyat luas.

Selama ini publik masih menyimpan keyakinan bahwa akan muncul figur wakil rakyat yang teguh menjaga integritas, berpihak pada kepentingan bangsa, dan tidak mengkhianati amanah konstituen. Namun dari periode ke periode, keyakinan itu terus tergeser oleh realitas politik yang semakin gamblang: kegagapan menjalankan fungsi, ketidakmampuan bersuara kritis, serta kecenderungan memperkuat kelompok kepentingan sempit.

Proses legislasi berjalan layaknya ritual rutin   palu diketuk, agenda selesai, lalu para legislator kembali pada rutinitas yang tak bersentuhan dengan denyut kehidupan masyarakat. Beberapa wakil rakyat hanya tampak ketika anggaran dibagikan, jatah program turun, atau fasilitas baru tiba. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi pilar utama DPRD justru sering berubah menjadi ruang kompromi dan negosiasi politik.

Kedekatan sebagian legislator dengan lingkar kekuasaan juga membuat suara kritis tumpul. Banyak yang memilih bungkam meski pelanggaran atau penyimpangan sudah terjadi di depan mata. Sanksi yang jelas tertulis dalam regulasi pun kerap tak dijalankan. Kekuasaan yang menggiurkan telah menjelma sebagai arus kuat yang menarik wakil rakyat jauh dari mandat publik.

Fenomena ini membuat masyarakat semakin apatis. Mereka tidak lagi menunggu suara dari parlemen. Aspirasi kini lebih banyak disampaikan melalui media sosial dan kanal digital yang dinilai lebih cepat, transparan, dan efektif.

Pengamat kebijakan publik Santos Johar, dalam keterangannya kepada wartawan pada Kamis (11/12/2025), menegaskan bahwa kondisi ini telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan.

“Ketika wakil rakyat lebih memilih nyaman dalam kekuasaan ketimbang berdiri bersama masyarakat, maka hilanglah esensi perwakilan itu sendiri,” tegas Santos.

Ia menilai merosotnya kualitas representasi politik bukan hanya persoalan perilaku individu, tetapi gejala struktural yang menggerogoti kepercayaan publik. Tanpa keberanian bersikap, tanpa integritas, dan tanpa keberpihakan yang nyata pada rakyat, parlemen akan terus kehilangan relevansinya di mata masyarakat.

(Tim red )

×
Berita Terbaru Update